Globalisasi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap keuangan negara-negara di seluruh dunia. Para ahli sepakat bahwa fenomena ini telah mengubah lanskap ekonomi global secara keseluruhan. Menurut Prof. Dr. Rizal Ramli, globalisasi telah mempercepat arus investasi dan perdagangan antar negara, namun juga menimbulkan ketidakstabilan ekonomi yang dapat mempengaruhi keuangan suatu negara.

Menurut Prof. Dr. Chatib Basri, dampak globalisasi terhadap keuangan negara dapat terlihat dari fluktuasi mata uang, perubahan harga komoditas, dan ketidakpastian pasar keuangan. Hal ini dapat mempengaruhi neraca pembayaran suatu negara dan menimbulkan tekanan pada anggaran pemerintah. Sebagai contoh, krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 menyebabkan banyak negara mengalami defisit anggaran yang cukup besar.

Selain itu, globalisasi juga telah mempercepat arus informasi dan teknologi, yang dapat berdampak pada sektor keuangan suatu negara. Menurut Dr. Sri Mulyani, globalisasi telah mengubah cara perbankan dan sistem keuangan bekerja. Perkembangan teknologi finansial (fintech) menjadi salah satu dampak positif dari globalisasi, namun juga menimbulkan tantangan baru dalam mengatur sektor keuangan.

Menurut Prof. Dr. Teten Masduki, untuk menghadapi dampak globalisasi terhadap keuangan negara, diperlukan kebijakan yang tepat dan strategi yang terencana dengan baik. Penguatan kerja sama antar negara juga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Sebagai contoh, Indonesia saat ini terus melakukan reformasi struktural dan kebijakan fiskal untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Dengan demikian, dampak globalisasi terhadap keuangan negara dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Penting bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menjaga stabilitas keuangan negara. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Rizal Ramli, “Globalisasi bukanlah ancaman, namun sebuah kesempatan untuk melakukan reformasi yang lebih baik dalam mengelola keuangan negara.”